Jumat, 08 Mei 2009

Revolusi Ciliwung


Oleh: Wahidini Nur Aflah
Staff Div Penulisan

Cara tepat untuk memulai sesuatu adalah berhenti bicara dan segera bertindak (Walt Disney)




Sebuah negara tidak akan makmur apabila bangsanya tidak merawat sumber daya alam yang dimiliki. Pernyataan ini tentunya masuk dalam logika kritis kita, karena alam memberikan sumbangsih besar dalam kelancaran hidup manusia. Alam menyediakan hampir semua keperluan manusia untuk bertahan hidup, selanjutnya adalah bagaimana manusia itu mengelola dan merawatnya. Namun, bagaimana apabila sebuah bangsa menganak tirikan persoalan lingkungan? Inilah yang tengah terjadi pada Ibu Pertiwi kita.

Sungai Ciliwung telah dinomor duakan oleh segenap penduduk Jakarta. Mereka tak lagi menganggap sakral sungai yang sempat menjadi titik tumpu sumber kehidupan masyarakat sekitar. Pernyataan ini dibuktikan oleh sebundel masalah yang ditimbulkan. Meminjam jargon suatu acara entertainment, “semua ada disini”. Banyaknya ketidakberesan dalam sungai yang membelah kota Jakarta ini, meliputi masalah dalam bidang kebersihan dan degradasi moral.

Pada Januari 2008 saat meninjau banjir di sekitar Jembatan Kalibata, Fauzi Bowo mengomentari sungai Ciliwung selayaknya Carrefour karena ada sikat gigi, sofa, dan benda-benda yang lumrah ada dalam supermarket. Sampah ini mudah kita temukan, sebab terhampar dimana-mana. Apalagi di sekeliling pintu air, dimana menjadi tempat penyaringan sampah. Akan tetapi, setelah penulis berkunjung untuk melihat kondisi di pintu air Manggarai, sistem penjaringan sampah ini tidak berjalan efektif.

Selain masalah kebersihan yang telah disinggung oleh Gubernur DKI Jakarta, masalah pemukiman liar di pun menjadi sukar diberantas. Pemukiman liar kini bagaikan jamur di daerah lembab. Warga yang mendirikan rumah di Kampung Pulo atau Bukit Duri menyadari bahwa mereka tak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di daerah tersebut. Meskipun begitu, mereka tak kunjung pindah.

Disamping paparan masalah di atas, kurangnya kepedulian masyarakat turut menyemarakkan sederet kekacauan di sungai Ciliwung. Selama 40 tahun terakhir, industri berbaris di sepanjang sungai yang panjangnya lebih dari 100 kilometer. Warga memanfaatkan sungai untuk mandi ataupun mencuci pakaian. Tak diragukan lagi air sungai Ciliwung terkotori limbah. Dapat dilihat, penampilan sungai berwarna cokelat hingga kehitaman.

Ciliwung Impianku

Setiap orang memiliki standar kondisi ideal yang berbeda-beda. Bagaimana kondisi ideal untuk Ciliwung tercinta? Gambaran ideal penulis tidak muluk-muluk. Menjadikan sungai maskot kota Jakarta ini menjadi sungai BerES (bersih, efektif, dan sehat) adalah impian yang harus kita wujudkan. Karena apabila Ciliwung bersih, lingkungan sekitar pun secara otomatis akan menghadirkan suasana sehat. Lalu, keefektifan sungai perlu dituntut agar mampu menjalankan fungsi sebagaimana mestinya dan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Kondisi-kondisi apa yang diharapkan? Pertama, absennya sampah dari peredaran sungai adalah hal penting dari Ciliwung impian kita bersama. Mengingat sampah adalah atribut membandel yang sangat biasa ditemukan di setiap sisi sungai. Kedua, limbah cair dilarang memasuki aliran sungai. Karena, walaupun limbah cair sulit dibedakan apabila tercampur air, namun cukup mengancam kesehatan umat.

Selain itu, air sungai Ciliwung berubah menjadi bening, jernih, dan tampak menyegarkan. Air yang jernih nantinya dapat dimanfaatkan untuk konsumsi orang banyak. Disamping itu, pemukiman di bantaran sungai harus direlokasi dengan tegas. Manfaatkanlah daerah di sisi sungai sebagai lahan bercokolnya pohon-pohon rindang nan sejuk. Lagipula, rumah-rumah di sepanjang Ciliwung lah yang menyumbang pemasukan sampah terbesar ke dalam sungai. Tidak dapat dipungkiri, dalam kehidupannya, manusia menghasilkan 70% sampah organik dan 30% sampah anorganik.

Revolusi Ciliwung

Menurut Walt Disney, cara tepat untuk memulai sesuatu adalah berhenti bicara dan segera bertidak. Begitu pula dengan Ciliwung Impianku, gambaran ideal yang dipaparkan di atas mustahil terwujud jikalau kita hanya berani berandai-andai tanpa perealisasian yang jelas.
Program Revolusi Ciliwung adalah program yang penulis tawarkan demi terciptanya kondisi BerES (bersih, efektif, dan sehat). Program ini terdiri dari lima program utama yang diyakini mampu menjawab segala keruwetan sungai.

Pertama, pendalaman dasar sungai. Mengapa sungai Ciliwung terus menerus meluap? Ini mengindikasikan bahwa sungai kepayahan untuk menampung air yang terus bertambah. Penampungan air ini menjadi inefektif karena dasar sungai dangkal. Perlunya upaya untuk mengeruk sampah-sampah ataupun lumpur yang mengendap di dasar sungai. Apabila proses pengerukan selesai, maka penulis yakin ada lebih banyak sudut sungai untuk menampung air.

Kedua, relokasi pemukiman di sepanjang sungai Ciliwung. Upaya ini dimaksudkan untuk mengurangi sampah yang masuk ke sungai. Relokasi warga ke rumah susun permanen adalah hal yang butuh direalisasikan

Ketiga, penggunaan jaring sampah di tiap lima meter sungai. Mengingat jumlah sampah yang menggenang tiada henti, maka diperlukan jaring sampah seperti jaring nelayan untuk menangkap sampah yang lewat. Setelah jaring ini penuh, jaring akan diangkat dan ditampung sementara sebelum diangkut ke tempat pembuangan akhir.

Keempat, pengadaan tempat sampah besar dan papan pengingat di setiap lima meter, berdampingan dengan jaring sampah. Tempat sampah besar ini diperuntukkan sampah hasil tampungan sungai atau buangan lingkungan sekitar. Sedangkan papan pengingat bertuliskan “Buanglah sampah di tempatnya” dimaksudkan untuk mengingatkan siapa saja di sekitar sungai untuk tidak mengotori sungai.

Kelima, diadakannya Konser Amal Ciliwung (KoACi). Tidak dipungkiri untuk merealisasikan program-program menuju Ciliwung Impian, membutuhkan dana. Dengan mengadakan konser, yang notabene biasanya menarik minat warga sekitar untuk menonton, dipercaya mampu menarik pemasukan besar. Apalagi bila konser ini dimeriahkan oleh artis-artis ibu kota yang tengah naik daun. Selain dimaksudkan untuk menarik dana, konser ini juga berisikan pesan-pesan positif untuk menjaga keelokan sungai Ciliwung.

Ciliwung Impianku juga impian kita bersama. Dengan program Revolusi Ciliwung, diharapkan mampu merevitalisasi sungai dan mengembalikan fungsi sungai untuk kemaslahatan warga Jakarta dan sekitarnya.


0 komentar:

Posting Komentar