Minggu, 24 Mei 2009

PEJABAT MIRIP PENJAHAT


Oleh: Hamzah Ichwal
Pemimpin Redaksi Jurnal DAKSINAPATI


Negeri ini tak pernah kehabisan perkara. Pejabat ternyata mirip penjahat, karena tingkah lakunya mengikis moral.

Menengarai paduan kasus para pejabat, seperti menyamakan persepsi dengan perjalanan seorang penjahat. Belakangan diduga seorang fenomenal ikon 2008 pada salah satu majalah, yaitu Ketua KPK Antasari Azhar terlibat kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT Putra Rajawali Banjaran. Seperti gelegar petir disiang bolong, sangat mengagetkan.

Sepertinya, kredibilitas para pejabat negeri ini mulai luntur. Paradigma bahwa pejabat adalah panutan yang mestinya ‘digugu’ juga ‘ditiru’, lusung sudah. Apalagi hanya karena skaldal wanita, seorang caddy girl di Modernland Golf, Tanggerang. Begitu naif rupanya untuk dijadikan penelusuran lanjut. Esensinya juga tidak setingkat ketimbang mengurus kemiskinan negeri ini.

Catatan hitam para pejabat bukan sekali ini terjadi, yang paling nyaring terdengar adalah perselingkuhan dan korupsi. Keduanya seperti citra yang melekat erat di kalangan pejabat. Beberapa nama tersohor ikut masuk dalam cacatan hitam, sampai akhirnya tidak mendapatkan tempat di mata masyarakat. Jika ditarik lebih jauh ihwal citra adalah imbas dari perilaku, wong bejat, yo bejat wae citrane…

Semestinya, pejabat negeri ini lebih dulu memperbaiki moral daripada ngoyoh mengejar pangkat. Jika tidak demikian maka jabatan yang mereka emban hanya menjadi tempat kenistaan nama baik sebelum akhirnya dicopot. Atau rakyat yang membredel kehormatan mereka.

Begitulah parodi kehidupan dalam liku berbangsa di Indonesia. Sampai-sampai teman saya pernah bilang kalau di Indonesia itu bertindak jahat dicontohi pemimpinnya, anak baru lahir saja sudah dengar berita korupsi para pejabat negerinya. Parahnya, jika memang sejak kecil orang sudah wajar menganggap bahwa pejabatnya suka berbuat jahat.

Lalu muncul kesimpulan yang sedikit komparasional, apa bedanya pejabat dengan penjahat ? bila dua-duanya melakukan pencurian, atau sama-sama gila perempuan, sampai tega-teganya membunuh nyawa orang.

Saya kira persoalan status antara pejabat dan penjahat sama saja. Sebab Tuhan menilai orang dari amal baik atau buruknya, bukan status. Jadi lebih bijak kita menyebut bila pejabat sama saja dengan penjahat bila keduanya melakukan tindak kejahatan. Harus diakui bila mau ada perbaikan, haruslah berselimut moral, agar dapat disebut manusia yang lebih beradab.

0 komentar:

Posting Komentar